Rabu, Februari 13, 2008

Makan “Utama” Batam ya Tentu Judi

by noenx's
SIAPA yang terkejut dengan penggerebekan yang dilakukan Direktorat Reserse dan Kriminal Polda Kepri terhadap pusat lokasi perjudian sijie via internet di Sekupang beberapa waktu lalu?
Meski tetap ada, namun jika menilik dan ditelisik lebih lanjut, hampir dipastikan jika sebagian manusia yang ada di Batam, minimal yang sudah 7-8 tahun tinggal di pulau Kalajengking ini, tentu bakal sangat amat mahfum. Kurang lengkap lagi, pastilah mereka “memberi permisi” terhadap praktik yang menurut aturan di negerini adalah sesuatu yang melanggar aturan negara. Sebuah hal yang tentunya masih sangat bisa diperdebatkan mengingat begitu pandainya negara seperti Malaysia bahkan Mesir sekalipun untuk mengelola dana dari sebuah perjudian, dengan batasan-batasan tegas tentunya terutama menyangkut person yang bisa bermain dan menikmati suasananya.
Di satu sisi judi memang memberikan efek negatif jika dilakukan secara massal tanpa ada batasan apapun. Namun faktanya, sebenarnya jika memiliki keinginan tinggi untuk memanfaatkan sesuatu dari judi, tentu ada jalannya. Meski dilarang agama Islam, tapi dipastikan ada sebuah kompromi menarik yang menghasilkan sebuah output positif dan berguna bagi masyarakat kebanyakan.
Sebenarnya tak usah jauh-jauh. Bagi daerah seperti Batam apalagi yang bisa dijual selain tentunya pariwisata dengan iming-imingan seks. Wisata belanja?tentu sangat jauh dibandingkan dengan pesona yang ada di Jakarta, Surabaya dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Apalagi jika dipaksakan untuk dibandingkan dengan Singapura, Johor Bahru, Petaling Jaya, Selangor ataupun Patra Jasa sekalipun. Tentu amat sangat jauh...
Di luar dari pembatasan di sektor agama, secara ekonomis Batam jelas memiliki kriteria sangat tinggi sebagai tambang devisa tanah air. Bayangkan letaknya yang sangat strategis dan menjadi pintu Barat Indonesia. Di satu pihak memang memberikan kesan mengerikan untuk persoalan perbatasan negara, namun di lain pihak bakal memberikan konstribusi luar biasa bagi sisi pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Bisa dibayangkan tentunya berapa sumbangan devisa dari sektor pariwisata setiap tahunnya jikalau pelbagai fasilitas terpenuhi. Secara matematis bisa dilihat, kunjungan wisman ke Singapura per tahunnya mencapai 10-15 juta, senbuah angka yang tentunya sangat wah bagi dunia pariwisata Indonesia.
Jika diberi cukup fasilitas dan kebebasan, tentu paling tidak ada sekitar 50 persen wisman yang bakal berkunjung ke Batam dan daerah sekitarnya. Angkanya?tentu bakal lebih besar dari tingkat kunjungan wisman seluruh Indonesia yang hanya mencapai titik 7 juta per tahun. Nah jika hal itu dilakukan tentu hanya dari Batam saja bisa menyumbangkan 100 persen dari tingkat kunjungan nasional. Sebuah angka yang sangat fantastis tentunya. Dan secara tidak langsung, nilai devisanya bakal melonjak drastis. Misalkan dari 7 juta wisman yang datang, rata-rata mereka menghabiskan acara selama tiga hari, jika dihitung dari weekand saja. Dari hotel saja setiap orang paling tidak akan menghabiskan Rp5 juta dalam tiga hari hanya untuk menginap, merasakan fasilitas hotel dan menghabiskan waktu di bar setempat. Angka ini saja sudah menyumbangkan pendapatan yang sangat luar biasa, Rp35 miliar dalam satu minggu/ Jika dikalikan dengan 48 minggu saja, tentu nilainya bakal menembus angka Rp1,4 triliun per tahun. Itu hanya dari sumbangan hotel saja, belum lagi mereka harus mengeluarkan uang untuk membeli souvenir, mencarter taksi atau angkutan khusus, kehidupan di mal dan beberapa aktifitas tambahan dari mereka. Lalu dari nilai tersebut, berapa ribu orang bakal mendapat limpahan rejeki. Meski sebuah angka yang kurang realistis tapi paling tidak dari sisi logis perhitungan itu bisa menjadi pijakan awal.
Jika dibandingkan dengan dunia pariwisata Batam saat ini, tentu amat jauh jika harus dibandingkan jika terdapat fasilitas dan layanan perjudian yang diatur secara ketat. Nyaris tidak ada akumulasi positif. Meski hitungan jumlah wisman manca terlihat besar, namun jika diteliti lebih nyata, perhitungan yang didasarkan atas informasi dan data yang masuk dari kantor imigrasi jelas tidak memiliki tingkat heteroginitas yang tinggi. Bagaimana tidak, hampir setiap minggu, orang yang masuk ke Batam adalah apek-apek dan beberapa anak-anak yang datang dari Singapura. Mereka selalu hadir dengan wajah yang sama, nyaris tidak ada perubahan setiap bulannya. Artinya tingkat pengenalan Indonesia dan khususnya Batam sangat amat tidak gereget, malah membuat geregetan melihat tingkah polah petugas imigrasi yang sama sekali tidak menunjukkan keramahan khas daerah destinasi pariwisata di Indonesia.
Lalu apa hubungannya dengan judi?sudah ada di depan, jika judi digerakkan dan diatur dengan baik dan detailnya tidak pernah diselewengkan pihak kepolisian, aparat bea cukai maupun satuan polisi air, bakal memberikan hasil yang objektif. Banyaknya pulau-pulau yang sangat potensial, tentu mampu memberikan ruang tersendiri. Saat ini tinggal pemerintah dan aparat mampu bersinergi utuk memberikan sebuah spesialisasi, daripada menunggu sebuah janji manis di sektor kebijakan ekonomi yang tak kunjung terealisir. Ataukah pemerintah sebenarnya makhluk yang naif?....(foto.www.google.com)



Tidak ada komentar: