Senin, Februari 04, 2008

Awal Baik untuk Tinggal Landas

by noenx's
TERLEPAS dari ketidakbecusan pemerintah dalam mengurus implementasi Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas di Batam, Bintan dan Karimun (BBK), ternyata didapati sebuah fakta jika perekonomian di kawasan tersebut justru masih bisa terus berjalan dengan progress yang cukup luar biasa. Data terakhir menunjukkan jika tingkat pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut menyentuh angka di atas 7 persen, tepatnya 7,01 persen.
Angka yang menggambarkan sebuah perubahan cukup signifikan dalam rentang lima tahun terakhir setelah kawasan Batam sebagai tonggak utama sempat meredup pesonanya pada kisaran 2003-2004 akibat tendensi politik berlebihan pemerintah pusat.
Di sisi lain, sedikit melenceng adalah akselerasi lambat yang terus ditunjukkan pemerintah pusat terhadap aplikasi FTZ BBK. Jika tidak segera ditangani secara serius, sepertinya “proyek” kali ini juga bakal gagal total, meskipun didukung sepenuhnya Singapura sebagai negara yang hanya bersifat tutor.
Skenario lain pun sepertinya sudah dibuat jika treatment yang ada di BBK gagal total. Sepuluh kawasan lainnya di Indonesia niscaya bakal menangguk untung besar dengan belajar dari kasus yang ada di BBK. Bukan tidak mungkin kawasan seperti Dumai, Banten, Makassar, Sulawesi Tengah dan beberapa daerah lain yang sudah mengajukan diri masuk ke zona kawasan perdagangan bebas, bakal semakin maju. Lebih maju daripada bentukan pertama di BBK. Ini sangat dimungkinkan melihat momentum luar biasa yang diperoleh 10 kawasan lain (baca: satu mati tumbuh 10).
tanjungpinang
Kembali ke sektor perekonomian di kawasan BBK dan Kepri umumnya. Kondisi perekonomian mengalami percepatan dengan stabilitas makro regional yang tetap terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 secara total tercatat sebesar 3.83 persen (qtq) atau 10.15 (yoy), sehingga pertumbuhan ekonomi Kepri pada tahun 2007 tercatat sebesar 7.01 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor jasa-jasa diikuti sektor perdagangan, pengangkutan, bangunan dan sektor keuangan dengan tingkat pertumbuhan tahunan (yoy) di atas 10 persen.
Laju inflasi menurun menjadi hanya 4,84 persen (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2006 yang mencapai 4,58 persen (ytd). Kondisi perbankan di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan IV 2007 menunjukkan peningkatan yang cukup stabil terhadap periode sebelumnya. Beberapa indikator-indikator perbankan, seperti total aset, Dana Pihak Ketiga dan penyaluran kredit perbankan terus mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi.
Sementara itu, dari sisi kolektibilitas kredit juga menunjukkan penurunan dari 3,47 persen pada triwulan III 2007 menjadi 2,60 persen. Peningkatan LDR sudah mulai menunjukkan peningkatan, dimana tingkat LDR bank umum pada triwulan IV 2007 sebesar 61,06 persen.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau memasuki tahun 2008 diproyeksi akan didorong konsumsi dan investasi. Kenaikan upah minimun karyawan diduga dapat meningkatkan konsumsi masyarakat. Rendahnya tingkat penyelesaian proyek-proyek pemerintah di tahun 2007 akan lebih diintensifkan pengerjaannya di tw.I-2008.
Di samping itu adanya proyek multi-years akan meningkatkan porsi belanja pemerintah dan memberikan multiplier effect pada perekonomian daerah. Laju inflasi tahunan (y-o-y) Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan I 2007 diperkirakan akan mengalami peningkatan meskipun tetap lebih rendah dibandingkan inflasi nasional, yang antara lain akan dipengaruhi oleh kenaikan UMP/UMK, tarif air bersih dan listrik, serta peningkatan harga bahan kebutuhan pokok. bintan
Dalam sektor ekonomi secara makro, tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor jasa-jasa diikuti oleh sektor perdagangan, pengangkutan, bangunan dan sektor keuangan dengan tingkat pertumbuhan (yoy) di atas 10 persen.
Pertumbuhan sektor-sektor tersebut disebabkan karena meningkatnya aktivitas perdagangan, jasa-jasa serta pariwisata (MICE), terutama menyambut hari perayaan
Idul Adha, Natal dan Tahun Baru yang mengakselerasi perekonomian pada tw.IV-2007. Sektor pertanian tercatat sebagai satu-satunya sektor yang mengalami perlambatan (qtq) memasuki tw.IV-2007, diduga akibat pengaruh musim hujan di akhir tahun. Selain menyebabkan terkendalanya distribusi dan panen beberapa daerah penyuplai bahan makanan, juga mengganggu aktivitas melaut para nelayan karena tingginya ombak. Namun demikian sektor industri pengolahan (59.19%) tetap memegang peranan penting dalam pembentukan
PDRB tw.IV-2007, diikuti sektor pertambangan (10.11%) dan sektor perdagangan (8.40%). Industri properti dan perkapalan semakin berkontribusi terhadap perekonomian Kepri, yang diperkirakan tumbuh signifikan pada tahun 2008.
Di sisi penawaran, sampai dengan Juni 2007 terdapat 55 investasi baru senilai 206 juta dolar AS, yang didominasi investasi sektor industri khusus logam, shipyard dan perdagangan besar. Meski sampai September 2007 besarnya investasi yang masuk tidak mengalami banyak perubahan, namun mulai menunjukkan tren positif searah dengan pertumbuhan ekonomi. Struktur kelembagaan Dewan Kawasan masih belum diputuskan pemerintah pusat. Keterlambatan implementasi FTZ diduga mempengaruhi percepatan investasi.
Meski demikian, investasi swasta dan pemerintah tahun 2008 diprediksi lebih berakselerasi sejalan dengan pelaksanaan FTZ dan banyaknya proyek-proyek pemerintah di tahun 2008. Namun memang masih ditunggu keseriusan pemerintah dalam mengupayakan sebuah kawasan BBK menjadi sentra ekonomi Indonesia dan kawasan Asia Tenggara. Sebuah niatan yang kini justru sudah dianggap makin pesimis dan para pengusaha memilih untuk berkonsentrasi pada bidang bisnisnya masing-masing daripada menunggu sesuatu yang tak pasti tentunya.
Total aset perbankan saat ini meningkat sebesar Rp 183 miliar (1,12%) menjadi Rp
16,63 triliun dan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh Rp 104 miliar (0,75%) menjadi Rp 14,06 triliun. Peningkatan DPK sejalan dengan perkembangan aktivitas ekonomi serta upaya intensifikasi dan ekstensifikasi saving base yang diperlihatkan dari peningkatan jumlah rekening dan aktivitas transaksi, serta penambahan jaringan kantor bank dan ATM.
Kredit yang disalurkan juga tumbuh Rp 511 miliar (6,34%) menjadi Rp 8.59 triliun pada
triwulan IV 2007. Relatif kecilnya NPL Perbankan yakni 2,62% disebabkan di samping pengaruh pertumbuhan kredit juga upaya yang dilakukan perbankan dalam rangka penyelesaian kredit bermasalah melalui restrukturisasi dan penagihan secara intensif. Peluang akselerasi intermediasi cukup terbuka berdasarkan rasio LDR Perbankan sebesar 61,10%, meningkat terhadap triwulan III 2007 yang tercatat sebesar 57,24%. Perkembangan aliran uang yang masuk (inflow) dan keluar (outflow) di Batam secara nominal menunjukkan outflow yang lebih besar daripada inflow. Selama tahun 2007, outflow mencapai Rp.2,92 triliun, sementara inflow sebesar Rp.442 miliar, sehingga terjadi net outflow sebesar Rp.2,48 miliar.
Hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas perekonomian terutama di sektor perdagangan, industri, keuangan, hotel dan jasa-jasa yang mengakibatkan meningkatnya arus lalu-lintas barang dan jasa dari dan keluar wilayah Kepri. Perekonomian Kepri memasuki tahun 2008 diperkirakan tetap berakselerasi yang didorong oleh peningkatan investasi dan konsumsi. Untuk mencapai pertumbuhan tersebut beberapa risiko yang patut diwaspadai antara lain adalah dampak perlambatan ekonomi dunia akibat kenaikan harga minyak, suplai tenaga listrik, penyesuaian UMK, tarif air bersih, listrik serta peningkatan pajak, penerangan dan jalan (PPJ) yang dapat memberikan tekanan terhadap inflasi dan menghambat pertumbuhan.
Analisa sederhana menyebutkan, jika tidak segera mendapatkan respon dari pemerintah terkait realisasi aturan baku FTZ BBK, bukan tidak mungkin pada akhir tahun 2008 mendatang, keadaan akan terjungkir balik tidak karuan. Ini tentu bisa menjadi ironis, mengingat BBK sudah ditetapkan menjadi basis proyek percontohan tidak hanya di sektor perekonomian, namun juga diturunannya seperti pariwisata dan agrobisnis.
Karena itulah perlu dicermati adanya beberapa bahan yang bisa menjadi latar belakang para pengambil kebijakan supaya benar-benar mengena di mata masyarakat. Jika tidak, jangan berharap mereka akan mendukung 100 persen. Paling yang ada hanyalah gumaman belaka, yang pastinya bakal menambah dosa.
Beberapa rekomendasi yang bisa diberikan untuk pembenahan ke depan antara lain, mempercepat perbaikan infrastruktur dan tata kota untuk lebih mengundang investasi, implementasi FTZ membutuhkan dukungan penuh semua pihak dengan implementasi kebijakan yang mempermudah investasi (pro-growth), mengurangi pengangguran (pro-job) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (pro-poor).
Pembangunan ekonomi jangan hanya terpusat di kota Batam, namun lebih didorong untuk pembangunan di kabupaten atau kota-kota lainnya. Oleh karena itu diperlukan adanya road-map pembangunan jangka menengah dan panjang. Khusus untuk kabupaten-kabupaten yang kurang berkembang perlu diberikan insentif fiskal,
moneter dan pembangunan infrastruktur, membuat road-map pembangunan ekonomi jangka panjang dan memilih sektor unggulan yang mampu menjadi karakteristik Kepri ke depan.
So, kita tunggu saja niatan baik pemerintah tersebut sampai dimana. Jika terus memburuk, sebaiknya memang melupakan saja janji-janji pemerintah. Pasalnya bukan hanya BBK yang menjadi pertaruhan di mata Singapura dan Malaysia, namun juga Indonesia secara umum. Forza economica......(foto.budi)

Tidak ada komentar: