by noenx's
SEMENTARA itu Madi mengaku daerah kerjanya sebagai tukang ojek bersama teman-temannya di kawasan Batu 15 Kota Tanjungpinang dikenal sebagai daerah teratur. Artinya segala sesuatunya yang menyangkut ke-WPS-an selalu berjalan baik. Begitupun yang terjadi di wilayah “kerja” Andi di kawasan Tanjungunggat, sudah terkenal dengan kebersihan dan keteraturannya dalam operasional pelayanan seks tersebut.
Madi mengungkapkan kawasan Batu 15 memang teratur, terutama jika dibandingkan dengan lokalisasi lainnya di kota Tanjungpinang ini. Selain penghuninya yang bisa diatur dan sangat guyub, keteraturan juga bisa dilihat dari sisi penjagaan kesehatannya. Bisa dibilang di sini faktor kesehatan sangat dipentingkan.
Di wilayah ini sudah ada slogan tamu harus membawa dan memakai kondom saat berhubungan intim dengan WPS. Para WPS juga diberikan aturan yang sama, yakni harus membawa kondom dan wajib memperingatkan pada konsumennya untuk tidak lupa menyiapkan kondom..
Jika belum punya atau belum membawa selalu dipersilahkan untuk membeli terlebih dulu. Selain itu di daerah ini juga terdapat klinik kesehatan reproduksi yang memberi kesempatan kepada seluruh penghuni untuk memeriksakan diri mereka. Biasanya mereka mengadakan pemeriksaan dua minggu sekali. “Di semua sudut lokalisasi ini keadaannya hampir semuanya seperti itu setiap harinya, jadi saya bisa menjamin jika keadaan dan prioritas terhadap kesehatan sangat diutamakan,” sebut Madi.
Sementara itu, meski di sekitar kawasan Tanjungunggat tidak terdapat unit pemeriksa, namun tetap saja semua penghuni yang biasanya berada di sekitar kawasan tersebut harus memeriksakan diri mereka. Paling tidak di sekitar klinik VCT di Puskesmas Pancur kota Tanjungpinang yang hanya berjarak tiga kilometer dari lokasi mereka.
Mengenai fungsi anggota tukang ojek lainnya, Madi dan Andi mengaku semua anggota justru berkewajiban untuk mengingatkan penghuni, biasanya memang seperti itu. Apalagi yang selalu mengikuti beragam training tentang kesehatan di lingkungan WPS, baik itu bagaimana cara berinteraksi sampai dengan detail penjagaan terhadap kemungkinan terkena penyakit.
Lalu apa yang dilakukan saat pertama kali pelanggan atau pengguna akan memasuki kawasan lokalisasi?Madi menuturkan ternyata sangat simpel. Pertanyaan yang biasa diajukan adalah Anda membawa kondom dan apakah Anda benar-benar sehat. “Setelah itu jika saya ragu saya selalu memberi nasehat yang intinya janganlah Anda menyebar sesuatu yang bisa merusak kesehatan jika memang Anda memilikinya,” imbuh Madi.
Meski tidak serumit Madi, namun tetap saja aturan baku dilakukan dan diberikan di kawasan Andi dan tempat mangkal ojeknya. Tidak sembarang orang bisa masuk ke area kos para WPS, pasalnya biasanya Andi justru menyarankan untuk tidak melakukan apapun di lingkungan dan harus keluar dari kawasan tesebut.
Beberapa tindakan yang langsung dilakukan para tukang ojek dalam menghadapi dan menjaga lingkungan mereka adalah dengan menggunakan kata-kata, selain itu juga menempelkan poster-poster yang berisi tentang HIV/AIDS dan cara menjaga kesehatan alat reproduksi agar terhindar dari penyakit yang membahayakan, bukan hanya HIV dan AIDS tapi juga siphilis dan gonorrhae.
“Yup, kita juga merasa bertanggung jawab jadi kita laksanakan bersama-sama dan dilakukan secara konsisten,” tegas Andi yang disetujui Madi. Begitupun dengan teman-teman mereka.
Bagi Dani, Paulus dan Andri, apa yang mereka lakukan tentu akan memberi manfaat di kemudian hari, meski pada awalnya harus tertatih-tatih. Namun berkat kerja tim dan rasa tidak pernah menyerah dengan keadaan, pelan namun pasti usaha mereka mulai menampakkan hasil yang sangat positif, bukan hanya untuk kesehatan mereka namun juga citra terhadap kota mereka sendiri.
Mengenai dampak negatif dari aturan tersebut, Madi dan Andi menyebut setiap aturan pasti ada dampak negatifnya, minimal sekali adalah rasa dongkol bagi yang terbiasa melanggar dan menganggap remeh. Namun lama kelamaan semuanya berjalan normal dan mampu menciptakan secara bersama-sama sebuah lingkungan yang sehat meski berada di tempat lokalisasi. (persda network/nurfahmi budi)
Madi mengungkapkan kawasan Batu 15 memang teratur, terutama jika dibandingkan dengan lokalisasi lainnya di kota Tanjungpinang ini. Selain penghuninya yang bisa diatur dan sangat guyub, keteraturan juga bisa dilihat dari sisi penjagaan kesehatannya. Bisa dibilang di sini faktor kesehatan sangat dipentingkan.
Di wilayah ini sudah ada slogan tamu harus membawa dan memakai kondom saat berhubungan intim dengan WPS. Para WPS juga diberikan aturan yang sama, yakni harus membawa kondom dan wajib memperingatkan pada konsumennya untuk tidak lupa menyiapkan kondom..
Jika belum punya atau belum membawa selalu dipersilahkan untuk membeli terlebih dulu. Selain itu di daerah ini juga terdapat klinik kesehatan reproduksi yang memberi kesempatan kepada seluruh penghuni untuk memeriksakan diri mereka. Biasanya mereka mengadakan pemeriksaan dua minggu sekali. “Di semua sudut lokalisasi ini keadaannya hampir semuanya seperti itu setiap harinya, jadi saya bisa menjamin jika keadaan dan prioritas terhadap kesehatan sangat diutamakan,” sebut Madi.
Sementara itu, meski di sekitar kawasan Tanjungunggat tidak terdapat unit pemeriksa, namun tetap saja semua penghuni yang biasanya berada di sekitar kawasan tersebut harus memeriksakan diri mereka. Paling tidak di sekitar klinik VCT di Puskesmas Pancur kota Tanjungpinang yang hanya berjarak tiga kilometer dari lokasi mereka.
Mengenai fungsi anggota tukang ojek lainnya, Madi dan Andi mengaku semua anggota justru berkewajiban untuk mengingatkan penghuni, biasanya memang seperti itu. Apalagi yang selalu mengikuti beragam training tentang kesehatan di lingkungan WPS, baik itu bagaimana cara berinteraksi sampai dengan detail penjagaan terhadap kemungkinan terkena penyakit.
Lalu apa yang dilakukan saat pertama kali pelanggan atau pengguna akan memasuki kawasan lokalisasi?Madi menuturkan ternyata sangat simpel. Pertanyaan yang biasa diajukan adalah Anda membawa kondom dan apakah Anda benar-benar sehat. “Setelah itu jika saya ragu saya selalu memberi nasehat yang intinya janganlah Anda menyebar sesuatu yang bisa merusak kesehatan jika memang Anda memilikinya,” imbuh Madi.
Meski tidak serumit Madi, namun tetap saja aturan baku dilakukan dan diberikan di kawasan Andi dan tempat mangkal ojeknya. Tidak sembarang orang bisa masuk ke area kos para WPS, pasalnya biasanya Andi justru menyarankan untuk tidak melakukan apapun di lingkungan dan harus keluar dari kawasan tesebut.
Beberapa tindakan yang langsung dilakukan para tukang ojek dalam menghadapi dan menjaga lingkungan mereka adalah dengan menggunakan kata-kata, selain itu juga menempelkan poster-poster yang berisi tentang HIV/AIDS dan cara menjaga kesehatan alat reproduksi agar terhindar dari penyakit yang membahayakan, bukan hanya HIV dan AIDS tapi juga siphilis dan gonorrhae.
“Yup, kita juga merasa bertanggung jawab jadi kita laksanakan bersama-sama dan dilakukan secara konsisten,” tegas Andi yang disetujui Madi. Begitupun dengan teman-teman mereka.
Bagi Dani, Paulus dan Andri, apa yang mereka lakukan tentu akan memberi manfaat di kemudian hari, meski pada awalnya harus tertatih-tatih. Namun berkat kerja tim dan rasa tidak pernah menyerah dengan keadaan, pelan namun pasti usaha mereka mulai menampakkan hasil yang sangat positif, bukan hanya untuk kesehatan mereka namun juga citra terhadap kota mereka sendiri.
Mengenai dampak negatif dari aturan tersebut, Madi dan Andi menyebut setiap aturan pasti ada dampak negatifnya, minimal sekali adalah rasa dongkol bagi yang terbiasa melanggar dan menganggap remeh. Namun lama kelamaan semuanya berjalan normal dan mampu menciptakan secara bersama-sama sebuah lingkungan yang sehat meski berada di tempat lokalisasi. (persda network/nurfahmi budi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar