TERPILIHNYA Bandara Internasional Hang Nadim Otorita Batam sebagai bandara berlabel terbaik di Indonesia memang sungguh membanggakan. Paling tidak nilai jual kawasan Batam masih berada di titik bargaining lumayan. Setidaknya pemerintah pusat masih memiliki “mata” untuk melihat secara seksama kapabilitas Batam sebagai kota yang terus berkembang, bahkan secara revolusioner sekalipun.
Dari sisi teknis memang sangat menjanjikan jika bandara selevel Hang Nadim saja mampu mengalahkan beberapa bandara berkelas “internasional” di kawasan Indonesia. Terutama terkait kebijakan pemerintah yang sampai saat ini belum berjalan sesuai janji yang sudah dilontarkan kepada pihak “ekonomi”.
Panjang bandara yang mencapai 4 kilometer tentu menjadi keunggulan tersendiri dibanding bandara lainnya di Indonesia bahkan di kawasan Asia Tenggara sekalipun. Lokasi ini mampu didarati pesawat berbadan besar, bahkan Air Bus seri terbaru sekalipun. Dengan kelonggaran area pengereman membuat setiap pesawat yang turun bakal merasa diliputi keamanan dan kenyamanan. Terutama bagi pilot yang belum berpengalaman, menjadi sangat enak ketika harus turun di Hang Nadim. Jika tidak karena kebodohan si pilot sendiri, tentu area panjang pengereman menjadi kekuatan tersendiri yang menyebabkan bandara ini menjadi satu di antara wilayah teraman di Indonesia.
Sistem navigasi satelit juga menjadi satu keunggulan tersendiri bandara milik Otorita Batam ini. Penggunaan bersama Badan Meteorologi dan Geofisika membuat keterpaduan fasilitas semakin nyata dan memudahkan setiap koordinasi jika terjadi sesuatu akibat perubahan cuaca yang memang biasanya sangat mendadak di kawasan kepulauan seperti Batam.
Namun seapik-apik sebuah barang, tentu memiliki sebuah kekurangan meski jelas tak akan terlihat dengan kasat mata. Paling tidak ungkapan tiada gading yang tak retak masih tetap harus disematkan di bandara Hang Nadim. Paling mencolok tentu sistem pengeluaran barang dari terminal kargo. Bayangkan, di posisi ini konsumen justru semakin dipersulit.
Pengalaman teman-teman menunjukkan, banyak petugas yang menarik biaya ilegal hanya untuk mengambil sebuah barang. Padahal sudah jelas petugas di lokasi tersebut seharusnya membantu konsumen untuk mencari dan menyerahkan barang sesuai yang ada di dokumen.
Ini malah sebaliknya, banyak kolega dan teman saya yang harus mengeluarkan biaya lebih hanya untuk segera meminta si petugas mengeluarkan barang yang ia terima dari pihak luar. Meski terbilang sedikit uangnya, namun bisa dibayangkan jika ia mempraktikkan itu pada semua konsumen. Tentu hasil akumulasinya tidak sedikit dan ini menjadi ladang korupsi bersama petugas di home grounding terminal kargo.
Selain itu, sisi percaloan juga masih sering terjadi. Meski sudah berjanji bakal mengurangi keberadaan calo, namun tetap saja kongkalikong antar petugas dengan si calo tetap terjadi dengan sebebas-bebasnya. Apalagi menjelang perayaan hari besar agama dan libur panjang. Bisa dipastikan si calon penumpang bakal kehilangan momen untuk memperoleh tiket pesawat.
Satu hal lagi yang sampai kini menjadi masalah pelik adalah dominasi dan monopoli koperasi taksi untuk menyelenggarakan jasa angkutan dan transportasi dari bandara menuju ke tempat tujuan si penumpang pesawat.
Sesuai dengan peraturan perundangan antimonopoli, apa yang dilakukan para sopir taksi bandara saat ini tersebut tentu melanggar hukum dan merugikan konsumen. Namun ternyata meski kasus ini sudah masuk ke KPPU Batam, tidak serta merta bisa terhenti. Tetap saja penyedia jasa taksi di bandara dikuasai satu pihak saja, tanpa ada kesempatan pihak lain untuk masuk dan melayani para penumpang pesawat yang baru sampai di Hang Nadim.
Pernah suatu hari ada rencana untuk memberikan satu atau dua perusahaan lagi yang diijinkan untuk melayani taksi di bandara. Namun apa yang terjadi, protes keras mendadak keluar dari para sopir taksi yang lama. Tentu ini tidak adil bagi konsumen, karena mereka praktis tidak diberi kesempatan untuk memilih layanan lain. Entah kenapa faktor ini mungkin tidak dimasukkan ke dalam agenda penilaian dari tim Departemen Perhubungan.
Terlepas dari itu semua, penghargaan yang diberikan terhadap Bandara Hang Nadim Batam sebagai bandara terbaik tentu memberi nilai positif tersendiri. Perlu dicatat, jangan sampai ini malah memberi stigma ke pihak luar jika ada muatan politis di balik itu semua. Sebagai pengguna, tentu berharap bandara ini bisa semakin baik dalam melayani calon penumpang pesawat. Mampu memberikan rasa aman, nyaman dan sejuk apapun aktifitas yang dilakukan oleh penumpang.
Kamis, Januari 31, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar